Ternyata gw pingsan, lagi, lagi dan lagi, lagi. pingsan sudah menjadi makanan gw sehari-hari, saat gw siuman gw ada disebuah kamar, ada seorang ibu-ibu, gadis cantik, dan seorang cowok seusia gw, gw dimana? "kamu udah sadar Nak," Tanya seorang ibu setengah baya disamping gw. "Maaf saya ada dimana?" tanya gw merasa asing dengan keadaan ini "Dah adek, istirahat dulu, tadi Ibu lihat kamu di Tanah Kusir, sekarang ada di BSD di rumah Ibu, Adek sendiri anak mana?" Suranya terdengar manis ditelinga gw, "BSD di Tangerang kan, Rumah saya deket Bu di curug, tapi kebetulan saya kost di Jakarta" Gw berusaha bangkit dari tidur gw "Ow... ini minum dulu, kalau emang badan kamu sudah agak sehatan kamu bisa hubungi sanak saudara kamu buat jemput?" Ibu itu memberi gw minuman, "Ini anak Ibu Nitha, dan ini Hendra?" gw pun dikenalkan pada kedua anaknya tersebut,
Setelah gw merasa baikan, gw meraih Hp gw yang sedari tadi Mati, pas Gw nyalakan, ternyata banyak pesan masuk kurang lebih 13 Pesan, dari Mas Ghatan, juga Raya, gw pun langsung menelpon Raya, yang mungkin mengkhawatirkan gw "Ray, kamu lagi ngapain?" Ucap gw meneleponnya. "MUKTI, kamu dimana?" Raya histeris "Mas Ghatan dan Aku mencari kamu kemana-mana, sekarang kamu ada dimana?" sambung Raya kembali merasa takut. "Gak tau Mukti mau kemana? mukti kesel sama mas Ghatan udah buat mukti sakit hati,"Ucap gw sedih, "Ya udah, tapi kamu dimana, biar aku susul" Raya semakin menjadi-jadi ingin bertemu gw, Akhirnya gw ceritakan saja kalau gw habis dari Tanah Kusir ke makam Arie, dan gw pingsan, sekarang gw lagi ada di BSD, Raya sempat kaget dan merasa gak percaya Akhirnya Ibu yang menolong gw menceritakannya di Tlp. barulah Raya kaget dan langsung bergegas menjemput gw ke alamat yang ibu tersebut berikan.
********
Sudah hampir 2 jam lebih gw di Rumah Ibu tersebut, walaupun gw yang di tolong mereka, tapi perlakuan mereka terhadap gw seperti tamu, baik sekali, terlebih Nitha gadis yang sangat cantik, walaupun parasnya yang cantik dia tidak sombong, biasanya gadis yang gw kenal kebanyakan mereka sombong, tapi beda dengan Nitha, dia enak diajak ngobrol, Ramah dan asik orangnya, di keluarga tersebut gw merasa berbagi kebahagiaan tersendiri, saat gw sedang asik bercanda-canda dengan Nitha, Hp gw berbunyi, ternyata Raya sudah sampai depan Rumah sakit Assobirin, aduh mana gw gak tau jalan keluar dari rumah sini, "Siapa Bang?" Tanya Nitha sopan pada gw, "Ini temen Abang udah sampe di Rs Assobirin, Abang mau jemput dia," gw mencoba buat berdiri dari rasa santay gw, "Gak usah Bang, biar Nitha aza, lagian Abang mesti istirahat dulu kata mama?" Nitha menahan gw "Mah,.... !! Nitha mau kedepan dulu bentar, mau jemput teman Bang Mukti dah sampe Rumah sakit di depan?" Nitha memanggil Ibunya. "Bang, tapi Nitha gak tau orangnya gimana, tar salah orang gimana" gw hanya tersenyum, "Nih pegang Hp Abang, tar udah didepan Tlp aza, namanya Raya" Nitha meraih Hp yang gw kasih kepadanya, "Ya udah, Abang tunggu disini yach" Nitha kemudian keluar buat ketemu Raya.
Tidak lama kemudian, gw dengar Suara Raya mengucapkan salam, dan akhirnya setelah dia masuk, Raya, Nitha dan Nyokapnya ke hadapan gw yang sedang istirahat di sebuah kasur, entah itu kamar siapa, Nitha atau Adiknya Hendra.
"Kamu gak apa-apakan Muk, kamu tuh masih belum sehat, jangan terlalu banyak fikiran," Raya seperti memperhatikan gw "Aduh Ibu dan sekeluarga Maaf ya sudah bikin repot sekeluarga," Raya memohon maaf pada keluarga dan nyokapnya Nitha. untuk nyokap Nitha sangat baik, beliau sangat sekali senang membantu,
Setelah berlama-lama di Rumah Nitha, akhirnya Raya dan Gw pamit buat pulang, walaupun Ibunya Nitha masih pingin berlama-lama lagi, karena khawatir dengan kondisi gw yang masih lom sehat betul, "Bang, tar kalau Nitha kangen gimana?" Nitha seperti sedih gw tinggalin, walaupun baru saat itu gw mengenal dia "Nih, Nitha bisa Tlp/SMS Abang, nih No Abank, ini No Bang Raya" gw memberi dia sebuah Kartu Nama, "Makasih yach bank, tapi jangan lupain Nitha yach, kalau mau main-main aza kesini, Iya kan Mah?" Nitha sangat senang, dan Ibunya pun tersenyum penuh kehangatan melihat kita semua. Akhirnya kita berpamitan untuk pulang, dan sangat-sangat mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga Nitha yang udah menolong gw.
Di Mobil Raya, gw tertunduk antara bersalah, sedih, sakit hati dan lain-lain, semua bercampur menjadi satu "Sudahlah Muk, kamu jangan bersedih? kalau boleh tau memang apa yang terjadi,?" gw terdiam sejenak, dan kemudian menceritakan semua apa yang terjadi dihadapan gw. Raya tercengah hebat "HAH.. masa sih Muk, Pak Ghatan setega itu sama kamu?" Rasa tak percaya terlihat di raut muka Raya, "Justru itu, benar kan dugaan Mukti, kalau memang dia ada main dengan si Adi itu" Raya merangkul gw, "Sabar ya Muk, terus sekarang kita mau kemana?" Raya berputar arah ke Arah Karawaci. "gak tau, kemungkinan Mukti gak mau balik lagi ke Jakarta, gimana nanti jalan hidup mukti gimana Ray, hidup sendiri ini, bebas tanpa halagan" Ucapan gw merasa Pasrah, "Ya, bebas tanpa halangan, lalu apa kamu memikirkan perasaan aku, disini masih ada aku yang sayang sama kamu," Raya menambahkan kata-kata gw, "Ya sudah, untuk sekarang aku yang bertanggung jawab atas semua tentang kamu?" Gw kaget Raya berucap begitu. "Maksud kamu...?" Ucap gw penuh tanda tanya. tapi raya diam saja, dia malah menancap gas, dan mengebutkan Mobilnya, hingga ternyata gw dibawa ke Perumahannya.
********
Setelah sampai di perumahan Raya membuka gerbang dan memasukan mobilnya kae Garasi, "Sekarang ini rumah kita berdua anggap saja ini rumah kamu, mendengan prilaku Pak Ghatan sama kamu aku gak terima, sekrang kamu tinggal disini, biar urusan Pak Ghatan sama kamu aku yang urusin," Ucapan Raya tedengar jelas, matanya yang tajam seakan sangat sekali dendam pada Mas Ghatan "Tapi,..." Raya menggenggam Erat bahu gw dengan keras, "Aku bisa lakukan semua, karena aku sayang sama kamu?" Raya mencium bibir gw dengan pelan,
"Tapi Ray,.. Mukti gak mau harus banyak menyusahkan orang terus, kamu udah tau siapa aku, penyakit aku, kehidupan aku, sedemikian rupa kamu sudah tau Mukti itu apa, lalu.... apa masih tetap kamu menyayangi mukti," Ucap gw dengan sedih, Raya merangkul gw, "Jangan samaka Raya dengan yang lain, terserah kamu mau bicara apa, yang pasti intinya cuma satu, aku bigitu senang bisa mengenal kamu, yang kuat dan tabah menjalani semua ini, aku sayang, aku cinta sama kamu" aku sangat senang Raya memeluk gw erat seperti ini, kehangatan kasih sayang dia sangat gw rasakan. apa benar rasa sayang dan cinta dia tulus buat gw.
"Ya sudah, sekarang kamu tinggal disini saja, lagi pula Alhamdulillah sekarang aku dah kerja, dan gak ikut Pak Ghatan lagi, besok pulang kerja Aku minta izin sama Pak Ghatan untuk bawa barang-barang kamu," Gw hanya bisa diam saat Raya berkata seperti itu, gw ikuti apa kata dia saja, kalau menurut dia baik it's Okey lah, "Yach, makasih sebelumnyam, tapi mukti harap kamu jangan sampe bertengkar denga Mas Ghatan, biarlah mukti aja yang tersyakiti?" ucap gw tersenyum pada raya. Raya mengiyakannya, gw percaya dia bisa pegang janji, lagian gw gak mau ada pertengkaran atau permusuhan,
_____________
Aku merasakan hidup ini sesungguhnya mudah dan sederhana jika aku tidak banyak tuntutan. karena sesungguhnya hidup ini penuh dengan kebahagiaan jika aku tak dikuasai oleh ilusi,ambisi dan keangkuan. karena hidup ini amatlah menyenangkan jika ada dirimu, aku dan Dia (maha penguasa)
<<<<<< Sebelumnya
Selanjutnya >>>>>>
Label: Catatanku, Cerita sedih, kehampaan, Kenangan Masa Lalu, Pelukan, Perjalanan Yang Indah, sedih, Senyumanmu, Setan Manis
0 Comments:
Posting Komentar
Kritikan, caci maki dan lain2 boleh saja dan akan saya tampung semua dan itu saya harapkan untuk bisa saya koreksi diri, tapi ingat adab mengkritik berikan alamat blog/web anda yang jelas dan kalau tidak punya blog berikan email yang bisa dihubungi......makasih semuanya...
Terima kasih atas komentarnya ^_^
<< Home